nusakini.com-Jakarta- Perdagangan sebagai sektor dominan pembentuk perekonomian Kota Malang, salah satunya dengan keberadaan pasar rakyat. Revitalisasi pasar merupakan jalan Pemkot Malang untuk memajukan pasar rakyat. Namun ternyata, ketika pasar rakyat berhasil direvitalisasi, perubahan hanya tampak pada bangunan fisik yang menjadi megah. Perlu perubahan mindset dan peningkatan keahlian agar pedagang siap dan mampu bersaing secara global. 

Keberadaan pasar rakyat ini sangat penting karena menjadi tumpuan mayoritas pedagang pasar dalam menggantungkan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pasalnya, pedagang adalah profesi utama dan satu-satunya keahlian yang mereka miliki. Terdapat 10.741 pedagang yang mencari nafkah di 27 pasar rakyat yang tersebar di wilayah Kota Malang. 

Berdasarkan tantangan tersebut, Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Malang melahirkan inovasi yang disebut Sekolah Pasar Pedagang Cerdas atau Sepasar Pedas untuk melengkapi revitalisasi pasar rakyat. Melalui Sepasar Pedas, Pemkot Malang memberikan pengetahuan kepada pedagang pasar rakyat berupa pelatihan, pendampingan, dan bentuk lainnya. 

Wali Kota Malang Sutiaji menjelaskan materi yang diberikan antara lain bagaimana menjadi pedagang yang baik; bagaimana melayani pembeli dan distributor; bagaimana menghadapi komplain; hingga melakukan pengelolaan pasar dengan baik. Materi tersebut disampaikan oleh berbagai praktisi yang memiliki keahlian di bidangnya. 

“Pengetahuan tersebut sebagai bekal bagi pedagang sehingga memiliki daya saing dengan ritel modern di era pasar bebas ini,” jelasnya dalam kegiatan Presentasi dan Wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Tahun 2020, secara virtual belum lama ini. 

Lanjutnya dikatakan, proporsi pelatihan meliputi praktik 90 persen dan materi 10 persen. Praktisi kompeten bertindak sebagai mentor, sementara murid adalah pedagang, para pemasok barang, dan konsumen serta siapapun yang menaruh kepedulian dan perhatian terhadap pasar rakyat. “Metode tersebut terbukti berjalan dan mendapatkan respon positif dari pedagang dan konsumen pasar rakyat,” ungkapnya. 

Disampaikan, Sepasar Pedas memberi dampak yang signifikan terhadap perubahan mindset dan perilaku para pedagang pasar rakyat melalui penguasaan materi dan kompetensi serta keilmuan yang dibutuhkan oleh pedagang pasar rakyat. Perubahan yang terjadi pada pedagang dan segmentasi konsumen secara otomotis dapat berimplikasi positif pada perubahan citra pasar rakyat. Stigma pasar rakyat yang kumuh, bau, semrawut, dan tidak aman berubah menjadi tempat yang tidak hanya murah tetapi aman, nyaman, dan menyenangkan untuk berbelanja. 

Sutiaji mengatakan pasar rakyat dengan segala kekhasannya dapat berkembang tidak hanya menjadi tempat berbelanja namun juga menjadi tujuan wisata sebagaimana beberapa pasar rakyat yang dipadati wisatawan di luar negeri. Inovasi yang mulai diterapkan pada tahun 2017 ini, memiliki tujuan meningkatkan kompetensi dan daya saing tinggi dari pedagang pasar rakyat di tengah persaingan pasar bebas dan perdagangan global terutama dari serbuan pasar modern dan jual beli online. 

Melalui sekolah pasar, dibentuk pedagang-pedagang pasar yang memiliki kompetensi marketing, daya saing tinggi, dan berperilaku baik dalam menghadapi era pasar bebas. Pedagang pasar dengan latar belakang sangat heterogen menjadi pedagang yang menguasai product knowledge, memiliki daya saing kuat, memahami perilaku konsumen dan kemampuan memperluas jaringan bisnis sehingga mampu bersaing dengan kompetitornya (pasar modern dan retailnya). 

Sepasar Pedas awalnya diterapkan di Pasar Oro-Oro Dowo diikuti lima pasar rakyat hasil revitalisasi. Keberhasilan sepasar pedas menginisiasi Pasar Oro-Oro Dowo sebagai role model pengelolaan pasar rakyat. Tercatat telah 61 kali kunjungan studi tiru dari Perangkat Daerah yang membidangi penyelenggaraan pasar rakyat dari daerah se-Indonesia ke Pasar Oro-Oro Dowo. Melalui revitalisasi dan Sepasar Pedas aspek tradisional dan modernitas dapat tumbuh dan berkembang bersamaan. (p/ab)